Nama Anggota Kelompok:
- Nailatus Sa’idah (11020074016)
- Nuraini Setianingsih (11020074202)
PA 2011
Kewirausahaan
PROFIL
WIRAUSAHAWAN DAN CONTOHNYA
A. Woman
Entrepreneur
Woman entrepreneur adalah seorang wanita pebisnis yang memperlihatkan dan mengembangkan kemampuan atau
keterampilannya. Biasanya seorang wanita memilih berbisnis karena berusaha
membantu kondisi ekonomi keluarga atau frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya.
Ibu Siti Masitoh adalah
seorang wanita yang mulai merintis bisnis penjualan kue kering. Ia salah satu
warga dusun Kejambon, sebuah dusun kecil di kota Gresik. Pada mulanya ia adalah
seorang buruh jahit celana training atau celana olah raga. Setiap potong celana
diupah sekitar Rp 1.000,00—Rp 1.500,00. Jika ada banyak pesanan garapan, beliau
bisa menghasilkan upah sebesar Rp 100.000,00—Rp 150.000,00 perminggu. Namun jika
tidak ada garapan, penghasilan maksimal seminggu hanya Rp. 75.000,00.
Suaminya adalah seorang PNS
yang gajinya cukup digunakan untuk membiayai kuliah putrinya dan sekolah
putranya. Dengan penghasilan sekian, Ibu Siti iseng membuat kue kering untuk
lebaran. Pada mulanya, beberapa tetangganya suka dengan kue-kue keringnya. Ada
perbedaan cita rasa dan teksturnya lebih halus disbanding membeli di toko yang
biasa menjual kue kering di pasar atau daerah sekitar. Mulai dari menerima
pesanan dari tetangga di kanan/kiri rumah, bisnis kue kering Ibu Siti mulai
menyebar ke satu dusun. Banyak tetangga yang memesan kue kepadanya. Semakin
hari, semakin banyak pesanan dari tetangga desa. Dengan bekal ini, Ibu Siti
bertekad meninggalkan pekerjaannya sebagai buruh jahit dan memulai merintis
usahanya di penjualan kue kering. Saat ini, bisnis ini masih dijalankan di
rumahnya. Ke depan, ada rencana akan membuat toko untuk mewadahi dan menyediakan
outlet penjualannya.
B. Minority
Entrepreneur
Minority entrepreneur adalah orang-orang terpinggirkan atau bisa disebut
kaum minoritas yang memilih untuk berbisnis. Kaum minoritas ini umumnya adalah
orang-orang perantau yang kesulitan mencari pekerjaan di daerah perantauannya.
Karena kesulitan itulah mereka memilih untuk membuka usaha sendiri. Biasanya
pebisnis minoritas ini akan membentuk organisasi minoritas dalam mengembangkan
usahanya.
Salah seorang perantau dari
dusun Trate, sebuah dusun pelosok di daerag Gresik yang mencoba mencari
keberuntungan di Kalimantan adalah wanita bernama Mamik. Pada mulanya ia
bermimpi bisa seperti tetangganya yang lain yang juga perantau ke Kalimantan
menjadi seorang buruh di sana dan berpenghasilan cukup lumayan, setidaknya ia
selalu bisa memberikan kiriman uang untuk keluarga di dusunnya disbanding
sebelumnya ia kesusahan mencari pekerjaan di Gresik. Sama halnya dengan
tetangganya tersebut, Ibu Mamik cukup kesulitan mencari pekerjaan di usianya
yang sudah di atas 30 tahunan.
Ibu Mamik memutuskan untuk
merantau ke Kalimantan dan menjadi pekerja di sana. Namun kenyataan tak sesuai
harapan, di daerah tempat perantauannya pun ia kesulitan mencari pekerjaan.
Rata-rata yang dibutuhkan adalah pekerja laki-laki. Ia sempat putus asa dan
akan kembali ke Jawa. Dalam keputus asaan itu ia iseng membuat pentol, memang
di tempat tinggalnya ia cukup terampil membuat pentol, dan cita rasanya cukup
enak. Pada mulanya ia mencoba menjualnya di daerah dekat pekerja kayu, mungkin
karena lapar, pentol yang dijualnya cepat sekali habis. Keesokan harinya ia
kembali mebuatpentol di tempat yang sama, dalam waktu cepat juga langsung
habis. Hal ini dilakukan beberapa minggu dan ia mulai menerima pesanan pentol
dari pekerja di sana untuk dibawa pulang. Hal ini berkelanjutan sampai ia cukup
modal untuk membuat warung bakso. Ternyata warung baksonya cukup laris dan
segera tersebar. Mungkin selain jarang ada warung bakso, rasanya memang enak.
Semakin hari semakin banyak
pelanggan sehingga ia mempekerjakan orang di warung untuk membantunya. Para
pekerjanya rata-rata perantau dari daerah Gresik. Ia juga beberapa kali
mengajak pengangguran dari dusunnya untuk ikut bekerja dengannya. Terakhir, ia
berhasil membuka beberapa cabang warung di daerah Kalimantan dan mempekerjakan
banyak orang untuk bisnisnya tersebut.
C. Immigrant
Entrepreneur
Immigrant entrepreneur adalah imigran atau pendatang dari luar negara yang memilih
menjadi pengusaha atau pebisnis karena biasanya mereka kesulitan memeroleh
pekerjaan formal. Karena kesulitan itu mereka memilih beralih ke pekerjaan
nonformal misalnya berdagang.
Salah seorang pedagang
sekaligus pemilik toko jamu dan obat tradisional di daerah Randu Agung Gresik
adalah Pak Holu. Pada mulanya beliau adalah warga Negara Cina, karena telah
lama menetap di Indonesia, beliau betah dan mengubah kewarganegaraannya.
Tahun-tahun awal di
Indonesia, beliau kesulitan mencari pekerjaan. Di samping kesulitan berbahasa,
beliau juga di luar keterampilan yang dibuthkan perusahaan yang lebih banyak
membuka lowongan di bagian produksi pada saat itu. Akhirnya beliau memutuskan
untuk menjual obat-obat tradisional. Pada mulanya beliau hanya menjual keliling
dari satu desa ke desa lain dan dari satu wilayah kecamatan ke kecamatan lain,
begitu seterusnya. Ternyata orang Jawa banyak yang cocok dengan obatnya. Bliau
memutuskan untuk membangun toko kecil-kecilan. Semakin hari semakin banyak
konsumennya, bahkan sering kali ia kehabisan stok obat sehingga mengecewakan
konsumen yang dating dari wilayah yang cukup jauh seperti Lamongan dan
sekitarnya. Akhirnya ia nekat memperbesar tokonya dan lebih banyak menyediakan
stok obat-obatannya. Saat ini pelanggannya mengaku telah mendistribusikan
obatnya dengan menjual di rumahan. Alhasil, ia menjadi agen yang sering kali
mendapat pesanan obat dari berbagai wilayah koniumen.
D. Part Time Entrepreneur
Part time
entrepreneur adalah bisnis yang dilakukan
berdasarkan hobi. Bisnis ini merupakan bisnis sampingan yang tidak mengganggu
pekerjaan utama pelaku bisnis.
Part time entrepreneur salah satunya adalah
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya yang bernama Widya Husna
Arifani. Mahasiswa kelahiran Jombang ini mulai menerima pesanan nuget sayur di
rumahnya setelah ia mengampu mata kuliah KKN. Menurutnya, keisengan membuat
nuget sayur yang dilakukan saat ia ber-KKN merupakan bisnis yang menjanjikan.
Bisnis di bidang jasa boga ini dirasa unik karena umumnya nuget dibuat dari
daging ayam. Macam-macam nuget buatannya antara lain: nuget bayam, nuget
wortel, nuget tahu, dan nuget brokoli.
“Awalnya, saya hanya iseng buat dan mencicipkannya
kepada tetangga saya. Ternyata tetangga saya langsung memesan untuk dibuatkan.
Selanjutnya, saya hanya membuat nuget pada saat saya menerima pesanan saja.
Tentunya saya membuat nuget setelah kegiatan berkuliah saya berakhir”, ujar
Widya.
E. Home
Based Industri
Home based industry adalah salah satu industri berbasis rumah tangga.
Industri ini biasanya diciptakan oleh seseorang dengan mempekerjakan
orang-orang sekitarnya. Pekerjaannya bisa dilakukan di lingkungan industry
maupun di rumah masing-masing pekerja. Industry rumah tangga ini dapat
dilakukan dengan skala kecil, menengah, hingga besar.
Salah seorang pengusaha
industri rumahan di dusun Kejambon daerah Gresik adalah Bapak Wakid. Beliau
adalah pengusaha sandal yang menerima pesanan dari Bali. Pada mulanya, ia
merintis usahanya bekerja sama dengan adik dan istrinya saja, membeli peralatan
pres dan lainnya untuk dikerjakan sendiri. Hasil kerajinannya cukup rapi dan
kuat. Seiring banyaknya pesanan dari outlet-outlet di Bali, ia mulai mencari
pekerja. Sandal-sandal buatannya juga dibuat sesuai pesanan. Beberapa outlet
yang mengenal hasil kerajinannya mulai banyak yang memesan. Pada tahun 2000an
hampir semua pengangguran di dusun Kejambon termasuk golongan pemuda ikut
bekerja di rumahnya atau membawa garapan ke rumah masing-masing.
Bisnis ini kemudia menyebar
ke beberapa wilayah di sekitarnya sehingga menarik perhatian orang. Orang mulai
banyak yang membuat industri rumahan yang sama. Persaingan pasar menjadi ketat.
Saat ini, home industry milik Pak
Wakid mengalami kemerosotan sehingga hanya menyisakan beberapa pekerja. Ke
depan, beliau punya rencana mengembangkan lagi bisnisnya dengan inovasi produk
dan bentuknya
F.
Family
Owned Business
Bisnis katering yang dijalani oleh artis gaek Titik
Puspa ini didirikannya sejak tahun 1984. Awalnya, ia dipercaya menyediakan
makan untuk crew di lokasi shooting
yang pada saat itu tidak disediakan makan dan minum pada saat break shooting. Melihat hal tersebut,
artis yang sudah memiliki cucu dan cicit ini mulai mengembangkan bisnisnya yang
dibantu oleh ketiga belas saudaranya. Sekarang, usaha yang mulai dari nol
dirintisnya tersebut, sudah memiliki omset yang fantastis. Tentunya, bisnis ini
bisa menjadi tabungan di usia senjanya.
Dilihat dari contoh tersebut, bisnis katering milik
Titik Puspa tersebut tergolong ke dalam Family Owned Business karena bisnis ini
dikelola dan dikembangkan bersama dengan saudara-saudaranya sendiri.
Sumber:
G.
Co
Preneur
Co preneur
adalah bisnis yang dilakukan atas usaha patungan. Selain modal, keahlian
masing-masing anggota co preneur juga menjadi modal dalam menjalankan bisnis
ini. berikut adalah contoh co preneur yang sukses di Indonesia.
Siapa yang tidak kenal dengan rumah produksi Frame
Ritz Production. Rumah produksi yang dirintis oleh Rita Amilia (mantan artis
TVRI) dan Sentot Sahid (sutradara dan dosen IKJ) pada tahun 2004 ini mulai
berkembang setelah dipercaya oleh salah satu stasiun televisi swasta untuk menggarap
proyek FTV. Sekarang, rumah produksi yang mulanya hanya bermodal satu kamera
dan satu mesin editing ini sudah berhasil menggarap lebih dari 200 judul FTV.
Sebagai co
preneur, pembagian kerja juga dilakukan oleh Rita. Sebagai seorang
sutradara, Sentot berperan sebagai kreatif dan Rita mengatur bisnis yang mereka
kerjakan bersama tersebut.
Sumber:
http://duniamascha.wordpress.com/2008/07/04/frame-ritz-rita-amilia-sukses-lewat-cookies-popcorn/
0 komentar:
Posting Komentar