Sabtu, 28 April 2018

Proposal Kewirausahaan


Nama Anggota Kelompok:
  1. Nailatus Sa’idah         (11020074016)
  2. Nuraini Setianingsih  (11020074202)
PA 2011
Kewirausahaan

PROFIL WIRAUSAHAWAN DAN CONTOHNYA

A.      Woman Entrepreneur
Woman entrepreneur adalah seorang wanita pebisnis yang memperlihatkan dan mengembangkan kemampuan atau keterampilannya. Biasanya seorang wanita memilih berbisnis karena berusaha membantu kondisi ekonomi keluarga atau frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya.
Ibu Siti Masitoh adalah seorang wanita yang mulai merintis bisnis penjualan kue kering. Ia salah satu warga dusun Kejambon, sebuah dusun kecil di kota Gresik. Pada mulanya ia adalah seorang buruh jahit celana training atau celana olah raga. Setiap potong celana diupah sekitar Rp 1.000,00—Rp 1.500,00. Jika ada banyak pesanan garapan, beliau bisa menghasilkan upah sebesar Rp 100.000,00—Rp 150.000,00 perminggu. Namun jika tidak ada garapan, penghasilan maksimal seminggu hanya Rp. 75.000,00.
Suaminya adalah seorang PNS yang gajinya cukup digunakan untuk membiayai kuliah putrinya dan sekolah putranya. Dengan penghasilan sekian, Ibu Siti iseng membuat kue kering untuk lebaran. Pada mulanya, beberapa tetangganya suka dengan kue-kue keringnya. Ada perbedaan cita rasa dan teksturnya lebih halus disbanding membeli di toko yang biasa menjual kue kering di pasar atau daerah sekitar. Mulai dari menerima pesanan dari tetangga di kanan/kiri rumah, bisnis kue kering Ibu Siti mulai menyebar ke satu dusun. Banyak tetangga yang memesan kue kepadanya. Semakin hari, semakin banyak pesanan dari tetangga desa. Dengan bekal ini, Ibu Siti bertekad meninggalkan pekerjaannya sebagai buruh jahit dan memulai merintis usahanya di penjualan kue kering. Saat ini, bisnis ini masih dijalankan di rumahnya. Ke depan, ada rencana akan membuat toko untuk mewadahi dan menyediakan outlet penjualannya.

B.       Minority Entrepreneur
Minority entrepreneur adalah orang-orang terpinggirkan atau bisa disebut kaum minoritas yang memilih untuk berbisnis. Kaum minoritas ini umumnya adalah orang-orang perantau yang kesulitan mencari pekerjaan di daerah perantauannya. Karena kesulitan itulah mereka memilih untuk membuka usaha sendiri. Biasanya pebisnis minoritas ini akan membentuk organisasi minoritas dalam mengembangkan usahanya.
Salah seorang perantau dari dusun Trate, sebuah dusun pelosok di daerag Gresik yang mencoba mencari keberuntungan di Kalimantan adalah wanita bernama Mamik. Pada mulanya ia bermimpi bisa seperti tetangganya yang lain yang juga perantau ke Kalimantan menjadi seorang buruh di sana dan berpenghasilan cukup lumayan, setidaknya ia selalu bisa memberikan kiriman uang untuk keluarga di dusunnya disbanding sebelumnya ia kesusahan mencari pekerjaan di Gresik. Sama halnya dengan tetangganya tersebut, Ibu Mamik cukup kesulitan mencari pekerjaan di usianya yang sudah di atas 30 tahunan.
Ibu Mamik memutuskan untuk merantau ke Kalimantan dan menjadi pekerja di sana. Namun kenyataan tak sesuai harapan, di daerah tempat perantauannya pun ia kesulitan mencari pekerjaan. Rata-rata yang dibutuhkan adalah pekerja laki-laki. Ia sempat putus asa dan akan kembali ke Jawa. Dalam keputus asaan itu ia iseng membuat pentol, memang di tempat tinggalnya ia cukup terampil membuat pentol, dan cita rasanya cukup enak. Pada mulanya ia mencoba menjualnya di daerah dekat pekerja kayu, mungkin karena lapar, pentol yang dijualnya cepat sekali habis. Keesokan harinya ia kembali mebuatpentol di tempat yang sama, dalam waktu cepat juga langsung habis. Hal ini dilakukan beberapa minggu dan ia mulai menerima pesanan pentol dari pekerja di sana untuk dibawa pulang. Hal ini berkelanjutan sampai ia cukup modal untuk membuat warung bakso. Ternyata warung baksonya cukup laris dan segera tersebar. Mungkin selain jarang ada warung bakso, rasanya memang enak.
Semakin hari semakin banyak pelanggan sehingga ia mempekerjakan orang di warung untuk membantunya. Para pekerjanya rata-rata perantau dari daerah Gresik. Ia juga beberapa kali mengajak pengangguran dari dusunnya untuk ikut bekerja dengannya. Terakhir, ia berhasil membuka beberapa cabang warung di daerah Kalimantan dan mempekerjakan banyak orang untuk bisnisnya tersebut.

C.      Immigrant Entrepreneur

Immigrant entrepreneur adalah imigran atau pendatang dari luar negara yang memilih menjadi pengusaha atau pebisnis karena biasanya mereka kesulitan memeroleh pekerjaan formal. Karena kesulitan itu mereka memilih beralih ke pekerjaan nonformal misalnya berdagang.
Salah seorang pedagang sekaligus pemilik toko jamu dan obat tradisional di daerah Randu Agung Gresik adalah Pak Holu. Pada mulanya beliau adalah warga Negara Cina, karena telah lama menetap di Indonesia, beliau betah dan mengubah kewarganegaraannya.
Tahun-tahun awal di Indonesia, beliau kesulitan mencari pekerjaan. Di samping kesulitan berbahasa, beliau juga di luar keterampilan yang dibuthkan perusahaan yang lebih banyak membuka lowongan di bagian produksi pada saat itu. Akhirnya beliau memutuskan untuk menjual obat-obat tradisional. Pada mulanya beliau hanya menjual keliling dari satu desa ke desa lain dan dari satu wilayah kecamatan ke kecamatan lain, begitu seterusnya. Ternyata orang Jawa banyak yang cocok dengan obatnya. Bliau memutuskan untuk membangun toko kecil-kecilan. Semakin hari semakin banyak konsumennya, bahkan sering kali ia kehabisan stok obat sehingga mengecewakan konsumen yang dating dari wilayah yang cukup jauh seperti Lamongan dan sekitarnya. Akhirnya ia nekat memperbesar tokonya dan lebih banyak menyediakan stok obat-obatannya. Saat ini pelanggannya mengaku telah mendistribusikan obatnya dengan menjual di rumahan. Alhasil, ia menjadi agen yang sering kali mendapat pesanan obat dari berbagai wilayah koniumen.

D.      Part Time Entrepreneur
Part time entrepreneur adalah bisnis yang dilakukan berdasarkan hobi. Bisnis ini merupakan bisnis sampingan yang tidak mengganggu pekerjaan utama pelaku bisnis.
Part time entrepreneur salah satunya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya yang bernama Widya Husna Arifani. Mahasiswa kelahiran Jombang ini mulai menerima pesanan nuget sayur di rumahnya setelah ia mengampu mata kuliah KKN. Menurutnya, keisengan membuat nuget sayur yang dilakukan saat ia ber-KKN merupakan bisnis yang menjanjikan. Bisnis di bidang jasa boga ini dirasa unik karena umumnya nuget dibuat dari daging ayam. Macam-macam nuget buatannya antara lain: nuget bayam, nuget wortel, nuget tahu, dan nuget brokoli.
“Awalnya, saya hanya iseng buat dan mencicipkannya kepada tetangga saya. Ternyata tetangga saya langsung memesan untuk dibuatkan. Selanjutnya, saya hanya membuat nuget pada saat saya menerima pesanan saja. Tentunya saya membuat nuget setelah kegiatan berkuliah saya berakhir”, ujar Widya.

E.       Home Based Industri

Home based industry adalah salah satu industri berbasis rumah tangga. Industri ini biasanya diciptakan oleh seseorang dengan mempekerjakan orang-orang sekitarnya. Pekerjaannya bisa dilakukan di lingkungan industry maupun di rumah masing-masing pekerja. Industry rumah tangga ini dapat dilakukan dengan skala kecil, menengah, hingga besar.
Salah seorang pengusaha industri rumahan di dusun Kejambon daerah Gresik adalah Bapak Wakid. Beliau adalah pengusaha sandal yang menerima pesanan dari Bali. Pada mulanya, ia merintis usahanya bekerja sama dengan adik dan istrinya saja, membeli peralatan pres dan lainnya untuk dikerjakan sendiri. Hasil kerajinannya cukup rapi dan kuat. Seiring banyaknya pesanan dari outlet-outlet di Bali, ia mulai mencari pekerja. Sandal-sandal buatannya juga dibuat sesuai pesanan. Beberapa outlet yang mengenal hasil kerajinannya mulai banyak yang memesan. Pada tahun 2000an hampir semua pengangguran di dusun Kejambon termasuk golongan pemuda ikut bekerja di rumahnya atau membawa garapan ke rumah masing-masing.
Bisnis ini kemudia menyebar ke beberapa wilayah di sekitarnya sehingga menarik perhatian orang. Orang mulai banyak yang membuat industri rumahan yang sama. Persaingan pasar menjadi ketat. Saat ini, home industry milik Pak Wakid mengalami kemerosotan sehingga hanya menyisakan beberapa pekerja. Ke depan, beliau punya rencana mengembangkan lagi bisnisnya dengan inovasi produk dan bentuknya

F.       Family Owned Business
Bisnis katering yang dijalani oleh artis gaek Titik Puspa ini didirikannya sejak tahun 1984. Awalnya, ia dipercaya menyediakan makan untuk crew di lokasi shooting yang pada saat itu tidak disediakan makan dan minum pada saat break shooting. Melihat hal tersebut, artis yang sudah memiliki cucu dan cicit ini mulai mengembangkan bisnisnya yang dibantu oleh ketiga belas saudaranya. Sekarang, usaha yang mulai dari nol dirintisnya tersebut, sudah memiliki omset yang fantastis. Tentunya, bisnis ini bisa menjadi tabungan di usia senjanya.
Dilihat dari contoh tersebut, bisnis katering milik Titik Puspa tersebut tergolong ke dalam Family Owned Business karena bisnis ini dikelola dan dikembangkan bersama dengan saudara-saudaranya sendiri.
Sumber:

G.      Co Preneur
Co preneur adalah bisnis yang dilakukan atas usaha patungan. Selain modal, keahlian masing-masing anggota co preneur juga menjadi modal dalam menjalankan bisnis ini. berikut adalah contoh co preneur yang sukses di Indonesia.
Siapa yang tidak kenal dengan rumah produksi Frame Ritz Production. Rumah produksi yang dirintis oleh Rita Amilia (mantan artis TVRI) dan Sentot Sahid (sutradara dan dosen IKJ) pada tahun 2004 ini mulai berkembang setelah dipercaya oleh salah satu stasiun televisi swasta untuk menggarap proyek FTV. Sekarang, rumah produksi yang mulanya hanya bermodal satu kamera dan satu mesin editing ini sudah berhasil menggarap lebih dari 200 judul FTV.
Sebagai co preneur, pembagian kerja juga dilakukan oleh Rita. Sebagai seorang sutradara, Sentot berperan sebagai kreatif dan Rita mengatur bisnis yang mereka kerjakan bersama tersebut.
Sumber:

http://duniamascha.wordpress.com/2008/07/04/frame-ritz-rita-amilia-sukses-lewat-cookies-popcorn/

0 komentar:

Posting Komentar